Sutiyoso Tak Ambil Hati: Hercules Sudah Minta Maaf, Selesai
Ketegangan yang sempat mencuat antara tokoh senior militer dan mantan Gubernur DKI Jakarta, Sutiyoso, dengan sosok kontroversial Hercules Rosario Marshal akhirnya mereda. Setelah pernyataan keras Hercules viral di media sosial dan menimbulkan kehebohan, pria yang akrab disapa “Bang Yos” menanggapi dengan kepala dingin. Baginya, permintaan maaf sudah cukup, dan masalah dianggap selesai.
Permintaan Maaf dari Hercules
Hercules, yang dikenal sebagai tokoh masyarakat sekaligus mantan preman berpengaruh di era 90-an, menyampaikan permintaan maaf terbuka kepada Sutiyoso melalui media. Ia mengakui bahwa ucapannya yang sempat menyindir kepemimpinan dan latar belakang Sutiyoso merupakan kesalahan pribadi yang tidak sepatutnya dilontarkan di ruang publik.
“Saya khilaf, dan saya minta maaf kepada Bang Yos. Beliau orang baik dan saya hormati sebagai tokoh bangsa,” ujar Hercules dalam pernyataannya.
Pernyataan tersebut disambut berbagai reaksi dari masyarakat, termasuk dari tokoh-tokoh senior TNI dan masyarakat Jakarta yang mengenal rekam jejak kedua sosok tersebut.
Sutiyoso Merespons dengan Santai
Dalam wawancara singkat dengan awak media, Sutiyoso menanggapi permintaan maaf Hercules dengan sikap dewasa dan tenang.
“Dia ngomong salah. Tapi saya enggak masukin ke hati. Sudah minta maaf, ya selesai,” ujar Sutiyoso, sambil tersenyum.
Sikap ini menunjukkan bahwa mantan kepala BIN tersebut memilih untuk tidak memperpanjang polemik yang bisa memicu konflik horizontal di masyarakat.
Riwayat Panjang Dua Tokoh Jalanan
Baik Sutiyoso maupun Hercules memiliki jejak yang dalam di dunia sosial dan keamanan Jakarta. Sutiyoso, jenderal purnawirawan yang pernah menjabat sebagai Gubernur DKI selama dua periode, dikenal sebagai pemimpin dengan pendekatan tegas namun humanis.
Di sisi lain, Hercules dikenal karena keterlibatannya dalam dinamika sosial akar rumput dan sempat beberapa kali bersentuhan dengan hukum. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, ia aktif dalam kegiatan sosial dan politik, berusaha membangun citra sebagai tokoh pembela masyarakat kecil.
Ketika dua tokoh besar ini bersitegang, publik tentu menaruh perhatian besar. Oleh karena itu, sikap damai dari kedua belah pihak dinilai sebagai contoh yang patut diapresiasi.
Publik Berharap Ini Jadi Akhir yang Dewasa
Banyak kalangan menilai bahwa penyelesaian ini adalah langkah yang tepat. Dengan suasana politik nasional yang mudah memanas oleh isu-isu personal, sikap memaafkan dan tidak membalas justru menjadi cerminan kedewasaan pemimpin sejati.
Aktivis sosial, Budi Santosa, menyatakan bahwa kasus ini seharusnya menjadi pelajaran bagi publik figur agar lebih bijak dalam berkomunikasi, sekaligus memberi ruang untuk penyelesaian yang damai tanpa harus memancing kegaduhan berkelanjutan.
“Tak semua pertikaian harus berakhir di meja hukum. Kadang, cukup dengan maaf dan sikap lapang dada, semuanya bisa reda,” tulis salah satu warganet di media sosial, menanggapi rekonsiliasi dua tokoh ini.